BOOK SECTION: Merasakan Ketidaktahuan, Keputusasaan, Harapan yang Tak Kunjung Henti. Laut Bercerita
Novel 'Laut Bercerita' memiliki latar peristiwa 1998 tentang mahasiswa yang hilang diculik dan tidak diketahui keberadaannya. Lewat laut yang mulai menceritakan ulang kisah Biru Laut, Leila menuturkannya dalam dua sudut pandang karakter Biru Laut dan Asmara Jati.
Sudut Pandang: Biru Laut
Bagian pertama dinarasikan oleh Biru Laut, yang mempelajari sastra Inggris di Universitas Gadjah Mada. Ketertarikannya pada sastra mendorong Laut rajin mengoleksi buku-buku berbahasa Inggris dan Indonesia. Hingga akhirnya ia mulai memfotokopi novel-novel Pramoedya Ananta Toer yang kemudian dilarang, yang membawanya bertemu dengan seorang Kasih Kinanti atau biasa disapa Kinan. Laut mendengar tentang Kinani dari organisasi Winatra dan Wirasena. Setelah bergabung dengan Winatra, Laut dan kawan-kawan mulai aktif berdiskusi apakah soal buku atau visi bersama untuk menggulingkan pemerintah saat itu. Perlu diingat bahwa kisah Laut dalam novel ini tidak berurutan melainkan berkesinambungan dari satu bagian ke bagian lainnya. Misalnya, ketika Laut mengalami penyiksaan dan kekerasan, ia kemudian menceritakan upayanya menjadi aktivis sebelum ditangkap. Tak hanya itu, di bagian pertama ini Laut juga menceritakan kedekatannya dengan pacarnya Anjani, Asmara, adik perempuannya, ayah dan ibunya. Laut pun menceritakan kenangannya tentang bau tengkleng buatan ibunya dan suara musik klasik yang sering dimainkan ayahnya.
Aksi Blangguan merupakan salah satu aksi Laut dan kawan-kawan untuk membela dan mendukung hak-hak petani yang tanahnya dirampas paksa oleh pemerintah. Kejadian itulah yang menyebabkan Laut dan kawan-kawan mengalami berbagai bentuk penyiksaan fisik yang brutal.
Sudut Pandang: Asmara Jati
Pada bagian ini diangkat sudut pandang cerita adik dari Biru Laut Asmara Jati. Gambaran cerita bagian kedua menunjukkan kesedihan yang mendalam. Ini bukan lagi tentang siksaan yang dialami Laut dan aktivis lainnya, tetapi tentang rasa kehilangan, kesedihan, keputusasaan, dan ketidakamanan.
Perspektif kedua ini menceritakan kepedihan keluarga Biru Laut, para sahabat Biru Laut, dan keluarga para aktivis yang belum ditemukan keberadaannya. Penggambaran keputusasaan dan rasa sakit begitu kental di bagian kedua ini. Asmara bertemu dengan orang-orang di sekitarnya yang satu per satu jatuh begitu lama sehingga mereka percaya Laut dan teman-teman lainnya baik-baik saja. Mereka akhirnya menyemangati dan menghibur satu sama lain atas ketidakamanan orang yang mereka cintai.
Bagian kedua ini menunjukkan betapa kerasnya Asmara dan kerabat teman-teman Laut yang masih belum diketahui keberadaannya, berusaha menggali lebih dalam ke mana dan bagaimana mereka menghilang. Asmara dan kawan-kawan lainnya masih berusaha menginformasikan kepada pemerintah tentang hilangnya para aktivis itu agar pemerintah bisa menyelesaikan masalah ini secara tuntas. Perjalanan dari Asmara tidaklah mudah karena tidak ditemukan jejak Laut dan keberadaan teman-temannya. Mungkin aksi Payung Hitam setiap Kamis bukan hanya cobaan, tapi terapi bagi kita dan warga negara ini; peringatan bahwa kami tidak akan membiarkan tindakan keji dibiarkan begitu saja. Payung Hitam terus berdiri di depan Istana Rakyat. Jika presiden saat ini tidak peduli, mungkin yang berikutnya atau yang berikutnya…
Saya sangat merekomendasikan buku ini kepada siapa pun yang tertarik dengan novel sejarah. Buku ini mengandung banyak nilai dan perintah. Buku ini menunjukkan kepada kita betapa sulitnya perjuangan para aktivis keadilan dan hak asasi manusia saat itu. Selain itu, buku ini mengingatkan kita semua untuk tidak pernah melupakan sejarah bangsa kita sendiri. Semoga kisah kelam novel ini tidak terulang kembali.
Komentar
Posting Komentar